Menulis Buku Mayor Dalam Dua Minggu
Pertemuan ke 7
Narasumber
: Prof.Richardus Eko Indrajid.
Moderator : Aam Nurhasanah
Sepulang
dari Pelabuhan ratu,tepatnya desa cisolok,mengahadiri kakak yang berangkat
lebih dahulu menghadap sang Kholik,semoga beliau husnul khotimah.
Kakak
mualaf ber nama Leo Reginald Leoroyd ,semoga husnul khotimah diampuni segala
kealfaannya dan di di terima amal baiknya.
Masih
Lelah rasanya perjalannya Jakarta Pelabuhan ratu,yang sudah terbiasa macet sepanjang
perjalanan ,tapi ingin bisa menulis kucoba membuka Hp,untuk mengikuti belajar menulis yang di
prakarsai oleh Wijaya Kusmah,M.Pd, lebih di kenal OM Jay.
Dan
narasumber hebat Prof.R.Eko Indrajid.
Serta tak kalah hebat dan semangat ibunda Aam Nurhasah ,muda berbakat dan semangat. Kita intip dulu profil Narasumber kita ya...
PROFIL
NARASUMBER KE 7 :
Tempat /tanggal lahir Jakarta, 24 Januari 1969) atau Eko Indrajit
Jabatan Rektor Universitas Pradita.[1]
|
|
|
|
Lahir |
Richardus
Eko Indrajit |
|
Pekerjaan |
|
|
Suami/istri |
Lisa A.Riyanto |
|
Anak |
Satria Amadeus Indraputra, Tiara Audrey
Reinaputri, Trisha Agatha Elenaputri, dan Theana Alexandra Mariaputri |
|
|
|
Selain dikenal sebagai sosok penggerak riset
informatika dan teknologi digital, Eko Indrajit adalah Kini, ia
tercatat sebagai salah satu anggota Pengurus Besar Persatuan
Guru Republik Indonesia dan menjadi Ketua Smart Learning and
Character Center (PSLCC) PGRI yang
berperan melakukan pengembangan profesi guru dan
pendidikan karakter berbasis teknologi dan informasi.[3]
Pendidikan.
Richardus Eko
Indrajit menempuh pendidikan sarjana hingga menerima gelar insinyur dengan
predikat cum laude dari Institut
Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Indonesia dan Master of Applied Computer Science dari Harvard University (Amerika
Serikat). Selain itu, ia menempuh studi di Maastricht School of Management
(Belanda), Leicester University (Inggris), STIKOM London
School of Public Relations (Indonesia), dan menerima gelar
Master of Information Technology di Swiss-German University (Indonesia).
Gelar Doctor of Bussiness Administration diperoleh
dari the University of the City of Manila (Filipina)
dan The University of Information Technology and Management (Polandia).
Ia dikukuhkan sebagai guru besar bidang Komputer di Perbanas Institute.[4] Pada tahun
2021, ia menyelesaikan studi Doktor Teknologi Pendidikan dari Universitas
Negeri Jakarta.
Keluarga.
Eko Indrajit menikah
dengan Lisa A.Riyanto anak
bungsu dari penyanyi legendaris Indonesia A.Riyanto dan dikaruniai empat orang anak.
Karier.
Selepas menempuh
pendidikan di luar negeri, ia pernah bekerja di sebuah perusahaan multinasional
seperti Price Waterhouse, Prosys Bangun Nusantara, Renaissance Indonesia,
Jakarta Consulting Group, Soedarpo Informatika Enterprise, dan IndoConsult
Utama. Lalu, ia mendirikan perusahaan konsultan teknologi informasi independen
yang banyak membantu banyak perusahaan swasta maupun pemerintah.
Eko Indrajit juga
pernah menjadi Staf Khusus Menpora Republik Indonesia .
Ia adalah ketua pertama ID-SIRTII (Indonesia Security Incident Response Team on Internet Infrastructure. Selain itu, pernah menjabat sebagai Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Informatika dan Komputer (APTIKOM) seluruh Indonesia selama dua periode 2006-2010, dan 2010-2014.
Ia juga pernah tergabung dalam Asosiasi
Piranti Lunak Telematika Indonesia[7] sebagai Ketua
Bidang Sertifikasi, Faculty Member Bank Indonesia Institute, International
Association of Software Architect, Ketua Tim Pakar IT Kementerian Pertahanan
Republik Indonesia.
Ia juga pernah
menjabat sebagai Ketua Komite Sertifikasi Sektoral Bidang Telematika BSNP.
Kiprah Eko Indrajit dalam dunia pendidikan tercatat sebagai akademisi yang mengajar di berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Selain itu, ia juga menjadi Guru Besar Bidang Komputer Perbanas Institute.
Eko Indrajit juga
pernah menjabat Sekretaris Badan
Standar Nasional Pendidikan (BSNP) Kemendikbud.
Kiprahnya dalam dunia pendidikan tidak hanya di ruang kelas dalam universitas, namun terjun pula dalam berbagai program peningkatan kompetensi guru. Ia bergabung dalam Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) dan menginisiasi PGRI Smart Learning and Character Center, yang berpusat di Gedung Guru Indonesia, PB PGRI, Jalan Tanah Abang III/24 Jakarta Pusat..
Penghargaan.
- Prestasi Kepemimpinan Bidang Keamanan Informasi Asia-Pasifik
(ISLA) ISC2
- Lifetime Achievement Award Dirjen Kominfo
- Cendekia Cipta
Pradana dari Pengurus Besar PGRI
Publikasi
Buku.
- Richardus Eko Indrajit dan
Mudafiatun Isriyah. (2020). Implementasi Social
Presence dalam Bimbingan Online: Dalam Konteks Perspektif Komunikasi
Personal, Interpersonal, dan Impersonal.
- Richardus Eko Indrajit, dan Jamila
K. Baderan. (2020). Design Thinking: Membangun
Generasi Emas dengan Konsep Merdeka Belajar.
- Richardus Eko Indrajit, dan Yulius
Roma Patandean. (2020). Generasi Muda Indonesia
menghadapi Transformasi Dunia.
- Richardus Eko Indrajit, dan Agus
Yuwono. (2020). Pengantar Konsep Dasar
Design Thinking: What, Why, Where, When, Who, and How.
- Richardus Eko Indrajit, dan
Musiin. (2020). Literasi Digital
Nusantara: Meningkatkan Daya Saing Generasi Muda Melalui Literasi.
- Richardus Eko Indrajit, dan
Theresia Sri Rahayu. (2020). Belajar Semudah Klik:
Membangun Ekosistem Ubiquitous Learning dalam Konsep Merdeka Belajar.
Ini materi yang beliau sampaikan saya buat resumenya :
Ø
Selamat malam seluruh
teman-teman pendidik yang hebat-hebat di seluruh wilayah tanah air. Apa kabar
bu Aam yang super. Senang kita berduet kembali.
Ø
Kali ini saya diminta
sharing pengalaman berinteraksi dengan para guru-guru hebat, yang awalnya ragu
untuk menulis, tapi akhirnya berhasil menjadi penulis yang hebat.
Ø
Saya mulai senang menulis
itu semenjak tahun 1999, ketika itu usia saya adalah 30 tahun. Yang membuat
saya menjadi seorang penulis adalah sejumlah mahasiswa saya yang mendesak agar
saya menuliskan hal-hal baru pasca kerusuhan Mei 1998, akibat mereka tidak lagi
sanggup membeli buku-buku terbitan luar negeri yang mahal harganya (ingat
ketika itu nilai dolar melambung tinggi tak terkendali.)
Ø
Dari mana saya mulai
mendapatkan ide menulis? Ketika itu belum ada internet seperti sekarang. Yang
saya lakukan adalah pergi ke perpustakaan, mencari buku-buku bahasa Inggris
yang berisi ilmu mengenai IT, dan membacanya.
Ø
Setiap saya menemukan satu
gambar yang menarik, saya ringkas isinya, dan saya sampaikan dalam Bahasa
Indonesia yang mudah dipahami. Biasanya setiap satu artikel saya menjelaskan
mengenai satu gambar diagram dalam 3-5 halaman.
Ø
Setelah kurang lebih 3
bulan, tak terasa saya telah menulis mengenai 50 diagram, atau 50 artikel. Saya
iseng-iseng saja merangkumnya menjadi satu buku bunga rampai (campuran artikel
seputar IT), dan mengirimkannya ke Gramedia. Eh.... terkejut juga saya ketika
ternyata buku saya diborong banyak orang (terutama mahasiswaa), dan sampai
dicetak ulang 3 kali dalam setahun. Setelah peristiwa ini, saya menjadi
ketagihan menulis.
Ø
Yang menarik adalah peristiwa
yang terjadi setelah menulis. Begitu banyak panggilan dari sana sini untuk
mengisi seminar. Cita-cita saya semenjak kecil untuk dapat keliling Indonesia
gratis pun tercapai. Saya mulai kerap mengisi berbagai seminar di sejumlah
kota-kota di Indonesia.
v
Akhirnya semenjak tahun
2000, saya konsisten menulis buku. Paling tidak ketika itu, dalam satu tahun
saya menerbitkan 2-3 buku.
v
Setelah diterbitkan oleh
Elexmedia Komputindo, sayapun mencoba penerbit lain untuk menerbitkan buku-buku
saya. Ternyata Penerbit ANDI Yogyakarta tertarik pula untuk menerbitkannya.
Buku saya yang berjudul E-Government publikasi Penerbit ANDI, menjadi salah
satu yang sangat populer hingga saat ini. Karena ketika itu, belum banyak buku
referensi yang membicarakannya, padahal di Indonesia isu terkait E-Government
sedang hangat-hangatnya. Ingat, pada saat itu, internet belum semaju sekarang.
Sehingga saya harus mencari sumber bacaan dari sana sini.
v Ada satu peristiwa masa lalu yang menginspirasi saya untuk menyusun buku bersama dengan guru-guru hebat selama masa pandemi ini. Yaitu peristiwa yang terjadi di masa lalu, tepatnya ketika saya menjadi seorang asesor bagi Universitas Ahmad Dahlan.
v Ketika saya sedang menjadi asesor di masa tersebut, saya diminta untuk mewawancara mahasiswa dari UAD, dan bertemulah saya dengan Sdr. Ardiansyah. Beliau adalah mahasiswa yang pintar dan kritis. Pada saat itu Ardiansyah dan teman-teman sedang ketagihan menjadi praktisi open source, yaitu software-software gratis yang berkembang sebagai bentuk "protes" dari komunitas programmer dunia atas dominasi Microsoft yang harus berbayar mahal.
v Sdr. Ardiansyah bercerita bahwa dia memiliki teman sekitar 20 orang yang masing-masing ahli di satu software open source karena sering menggunakannya. Mereka beranggapan bahwa apabila seluruh Indonesia tahu mengenai fenomena software gratis ini, akan majulah negara kita.
v Mendengar itu, timbulah gagasan ide. Kami berkumpul di sebuah warung dekat Bandara Adi Sutjipto, dan membuat "ide gila". Saya minta masing-masing mereka menulis satu buku sesuai dengan keahlian mereka, memberikannya kepada saya, dan kemudian saya edit, dan saya minta sebuah perusahaan untuk mempublikasikannya.
v Pada saat itu saya berfungsi sebagai penulis kedua, karena memiliki peran mengedit dan menyarankan tata struktur isinya. Terkejutlah kami ketika seluruh buku kami (kurang lebih 25 buah) disepakati untuk diterbitkan. Anak-anak UAD yang ketika itu mahasiswa terkajut, dan dunia persilatan heboh. Rektor UAD saat itu terkejut ketika mendapatkan para mahasiswa mereka berhasil menerbitkan buku bersama saya.
·
Inilah kumpulan buku yang
dimaksud di masa itu, yang ditulis bersama para mahasiswa.
· . Setelah itu , saya pun semakin ketagihan menulis, karena merasa begitu besar manfaatnya bagi masyarakat. Selain Elexmedia Komputindo dan Penerbit ANDI, sayapun mulai menulis di penerbit lain seperti Grasindo, dan lain sebagainya.
· . Perkenalan saya dengan teman-teman di Penerbit ANDI Yogyakarta dimulai dengan acara bedah buku yang berjudul E-Business. Di situ saya belajar banyak dari mereka bagaimana caranya membuat buku yang laku di pasaran. Pada saat itulah saya berguru dengan Penerbit ANDI untuk tulisan-tulisan berikutnya.
·
Saat ayah saya pensiun,
beliau ingin sekali mendarmabaktikan pengalamannya bekerja sebagai ahli
logistik dengan cara menerbitkan buku. Akhirnya saya berduet bersama ayah saya
menyusun buku. Lahirlah buku-buku fenomenal terbitan berbagai penerbit mayor
seperti: supply chain management, manajemen persediaan, manajemen outsourcing,
manajemen e-procurement, dan business process reengineering.
·
Kecintaan kami berdua akan
dunia perguruan tinggi melahirkan pula dua buku, yaitu Manajemen Perguruan
Tinggi Moderen dan Welath Management bagi Perguruan Tinggi di Indonesia.
· Sampai di sini kita beristirahat dulu sejenak, sebelum saya cerita mengapa sampai keluar gagasan MENULIS BUKU MAYOR DALAM DUA MINGGU .
\Ø 20 materi beliau sampaikan ,cukup panjang jabarannya,tapi penjelasan yang runtut dan mudah di fahami…..bahasa beliau menjabarkan saya fahami isi semuanya…
Semoga apa yang pak Prof.R.Eko sampaikan menjadikan ilmu yang manfaat buat kita semuanya
Salam literasi….
Pertama, saya sampaikan turut berduka, kedua, semangatnya hebat, mantap...menulis adalah terapi jiwam salam literasi.
BalasHapusPaket lengkap ini
BalasHapusTurut berduka cita pak, smoga di ampuni semua salah dan khilaf nya.
BalasHapusResume yang komplit pak. Tetap semangat.
Monggo berkunjung dan ditunggu jejak nya pak
https://yandrinovitasari.blogspot.com/2022/02/melihat-sunrise-bersama-penerbit-mayor.html
Lengkap pak. Terima kasih atas suguhan bergizinya
BalasHapus